Tuesday, May 31, 2011

Keamanan Berbasis Biometric

Saat ini teknologi yang umum untuk mengenali seseorang di dunia digital adalah
pasangan user ID dan password. Teknologi ini dirasakan memiliki banyak
kekurangan sehingga akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk menggunakan
sistem keamanan lain yang lebih baik. Salah satu keamanan yang dianggap
paling akurat adalah sistem biometrik. Perangkat biometrik mengenali orang dari
ciri-ciri fisiknya. Misalnya dengan sidik jari, sidik telapak tangan, pengenalan
wajah, pengenalan retina, pengenalan suara, dll. Ciri-ciri fisik tesebut bersifat unik
satu dengan yang lain.

Keamanan di internet merupakan suatu permasalahan besar sejak dunia
diperkenalkan dengan trend e-commerce pada tahun 1994, dengan dibukanya
situs-situs belanja pertama dan internet banking. Seiring dengan kecepatan
informasi yang tersebar karena kemudahan yang ditawarkan oleh internet,
informasi mengenai kelemahan sistem jaringan tersebut serta cara
memanfaatkannya juga tersebar pula dalam komunitas bawah tanah mereka
yang ingin memanfaatkannya.
Namun, dalam perkembangannya kemudian kasus-kasus cybercrime terus
berkembang hingga kini. Akibatnya menimbulkan kerugian ratusan juta dollar
setiap bulannya. Untuk mengantisipasi kegiatan-kegiatan tersebut maka mulai
muncul lahan bidang baru yaitu pengamanan sistem informasi yang berjalan
seiring dengan teknologi pengamanannya.
Kita sudah tak asing lagi dengan pasangan user ID dan password untuk identitas
di dunia digital. Tapi bisa kita bayangkan jika kita memiliki banyak piranti atau
account Internet yang berbeda-beda, apalagi jika praktek keamanan yang
dianjurkan adalah menggunakan password yang berbeda-beda untuk tiap peranti.
Belum lagi jika kita mempunyai beberapa kartu ATM yang tentunya juga
memerlukan pengamanan berupa PIN. Tentunya ini akan menimbulkan
permasalahan karena kita menjadi terbebani dengan keharusan untuk menghafal
password pengamanan yang berbeda-beda. Apalagi jika kita sudah mulai merasa
bahwa password kita diketahui oleh orang lain tentunya kita akan disibukkan
dengan proses updating password yang harus kita lakukan secara berkala.
Salah satu teknologi yang bisa membantu adalah adanya sistem pengamanan
dengan smart card yang lebih handal dari pada sekedar password. Walaupun
semua orang mengetahui password kita tetapi tanpa smart card tentunya
password tersebut tidak akan berarti apa-apa. Namun demikian teknologi ini juga
banyak kekurangan. Bagaimanan jika smart card hilang?
Oleh karena itu diperlukan teknologi lain yang lebih aman. Sistem biometrik
merupakan sarana yang dikembangkan untuk pengamanan yang lebih baik dari
pada teknologi-teknologi sebelumnya. Keamanan dengan sistem biometrik
bekerja atas dasar ciri-ciri fisik pelaku (orangnya). Beberapa yang sudah
dikembangkan diantaranya adalah dengan sidik jari, telapak tangan, wajah ,
retina dan suara.

Pengamanan dengan Sidik Jari
Sensor sidik jari sepertinya sudah tidak asing lagi penggunaannya. Dewasa ini
banyak hardware yang ada dipasaran menggunakan pengamanan dengan sidik
jari. Salah satu yang paling banyak adalah sistem presensi dengan sidik jadi.
Bahkan pengamanan biometrik ini sudah merambah pula ke note book. Sebagai
contoh IBM ThinkPad T42 menggunakan pengamanan sidik jari pada alas
pergelangan tangan yang didukung sejumlah peranti di dalam notebook yang
disebut sebagai Embedded Security Subsystem. Baru-baru ini Hawlet Packard
pun menyusul menggunakan teknologi yang sama untuk laptopnya.

Pengamanan dengan Telapak Tangan.
Sistem ini bekerja atas dasar prinsip keunikan pembuluh darah telapak tangan
tiap-tiap individu, bahkan pada kembar siam sekalipun. Sistem memiliki sensor
yang mampu mengenali pola telapak tangan seseorang selama hemoglobin
deoxidized --sel darah merah-- dengan aktif mengaliri pembuluh darah. Dengan
kata lain, hanya telapak tangan orang yang masih hidup yang dapat dideteksi.
Salah satu vendor yang sudah memproduksi perangkat ini adalah PT Fujitsu
Systems. Baru-baru ini PT Fujitsu Systems Indonesia meluncurkan perangkat
otentifikasi pembaca tapak tangan tanpa sentuh. Palm vein, demikian nama
teknologi itu, merupakan teknologi keamanan biometrik yang bisa
mengidentifikasi seseorang dari pembuluh darah telapak tangan tanpa
menyentuh. Teknologi otentifikasi palm vein itu memanfaatkan keunikan dari
hemoglobin deoxidized yang ada pada telapak tangan. Perangkat palm vein ini
menangkap citra telapak tangan dengan memancarkan sinar sejenis inframerah.
Hemoglobin deoxidized di telapak tangan akan menyerap itu. Dengan demikian
mengurangi pemantulan dan menyebabkan pembuluh darah tampak seperti pola
hitam. Pola pembuluh darah kemudian diverifikasi terhadap pola yang telah
didaftarkan untuk mengidentifikasi seseorang. Karena pembuluh darah terletak di
dalam tubuh dan mempunyai sangat banyak perbedaan corak. Hal itu
menyebabkan pemalsuan identitas menjadi sangat sulit, sehingga memungkinkan
tingkat pengamanan yang sangat tinggi.

Pengamanan dengan Pengenalan Wajah
Sistem pengenalan wajah sebagai kunci (password) menggunakan ekspresi
seseorang yang tanpa dibuat-buat (dramatic) atau dengan kata lain relaxed face.
Para psikolog menggolongkan ekspresi wajah ini, secara universal ke dalam 6
(enam) bentuk yakni: happines, sadness, disgust, anger, surprise dan fear. Dari
enam ekspresi wajah ini, dapat dibangun suatu sistem yang dapat memahami
dan melakukan komunikasi. Sistem analisis ekspresi wajah tersebut ditekankan
pada enam ungkapan secara universal, bedasarkan pada gerakan muka dan
aktifitas otot. Sistem pendeteksian wajah yang terdiri dari enam bagian titik
dianggap paling dapat dipercaya untuk digunakan. Bagian titik ini terdiri atas :
mata, mulut dan alis mata. Akan tetapi jarak antar bagian mata tidaklah cukup
diperoleh secara langsung dari bagian titik muka, untuk itu diperlukan suatu
bentuk metode pada bagian daerah mata. Bagian yang lain adalah mulut, ini
secara global tidaklah cukup untuk menguraikan bentuk mulut. Oleh karena itu
untuk mendapatkan bagian ini, diperlukan bagian wajah yang dinormalisir
berdasarkan tepian dari pemetaan.
Dari penjelasan diatas, untuk mengenali bagian-bagian titik tersebut dapat
digunakan suatu pendekatan vector quantization yang terawasi.

Pengamanan dengan Retina
Salah satu bagian tubuh manusia yang bersifat unik dan bisa dijadikan sebagai
media pengamanan adalah iris atau selaput pelangi pada mata manusia. Letak
selaput pelangi ini berada antara kornea dan lensa mata. Selaput pelangi ini
sendiri akan terlihat oleh mata telanjang dari luar mata dan memiliki pola tertentu.
Dari pola yang dimiliki oleh selaput pelangi ini, ternyata setiap orang mempunyai
pola yang unik. Selain unik pola ini juga memiliki kekonsistenan dan kestabilan
yang tinggi bertahun-tahun tanpa mengalami perubahan. Dari kondisi ini maka
para ahli mata mengusulkan bahwa iris ini dapat dijadikan seperti sidik jari untuk
identitas pribadi seseorang.
Iris recognition menggunakan selaput pelangi mata yang dikodekan secara digital
dan kemudian dijadikan kunci. Proses otentifikasinya membutuhkan dua tahap
yakni : tahap identifikasi dan tahap verifikasi. Proses ini dapat dilakukan secara
one-to-many (1:m) atau ane-to-one (1:1).
Proses one-to-many akan melibatkan satu database yang berisi user id dan iris
template masing-masing id. Proses capture akan dilanjutkan dengan searching
database untuk mencari iris template yang cocok. Sedangkan proses one-to-one
akan lebih pada membandingkan dua iris, yaitu hasil scan dan iris template yang
sudah disimpan. Dari kedua proses ini sudah tentu proses one-to-one lebih
disukai karena prosesnya lebih cepat. Ini disebabkan oleh pembandingan yang
dilakukan dalam skala terbatas.
Pengolahan Citra
Dari metode pengamanan yang telah dijelaskan diatas, semua menggunakan
konsep pengolahan citra. Citra merupakan dimensi spatial yang berisi informasi
warna dan tidak bergantung pada waktu. Citra merupakan sekumpulan titik-titik
dari gambar, yang disebut piel (picture elemen). Titik-titik terebut
menggambarkan posisi koordinat dan mempunyai intensitas yang dapat
dinyatakan dengan bilangan. Intensitas ini menunjukkan warna citra, melalui
penjumlahan (misal: Red, Green, Blue/RGB).
Koordinat memberikan informasi warna pixel berdasarkan : Brigthness
(ketajaman), warna cahaya (hitam, abu-abu, putih) dari sumber, hue (corak
warna) yang ditimbulkan oleh warna (merah, kuning, hijau dll) dan merupakan
panjang gelombang dominan dari sumber.
Misalnya citra dengan 8 bit per pixel mempunyai 256 warna dan citra dengan 24
bit mempunyai 32768 warna, jadi tiap pixel dinyatakan dengan:
• bit 0 sampai 7 untuk warna merah
• bit 8 sampai dengan 15 untuk warna hijau.
• Bit 16 sampai dengan 24 untuk warna biru.
Kemungkinan kombinasi warna yang ada adalah = 2563 + 2562 + 2561 =
16.843.008, dimana nilai 0 menyatakan warna hitam sedangkan nilai 16.843.008
menyatakan warna putih.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa citra dapat diubah dari domain
spatial menjadi domain yang lain, dengan tujuan untuk mempermudah
pengkodean. Proses perubahan ini dinamakan transformasi.
Transformasi citra dapat menghasilkan energi citra yang terkonsentrasi pada
sebagian kecil koefisien transformasi dan kelompok lain yang mengandung
sedikit energi. Transformasi ini dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain: Transformasi Cosinus diskret, transformasi wavelet, dan transformasi fourier.
Keuntungan penggunaan transformasi adalah hasil dari domain lebih sesuai
untuk proses pengkuantisasian.

sumber